Remaja merupakan penerus suatu bangsa. Nasib suatu bangsa kelak akan ditentukan oleh bagaimana remajanya masa kini. Clelland (Widanati dan Indati, 2002:112) mengatakan bahwa muncul gejala di berbagai negara berkembang bahwa remaja kurang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi dan bertanggung jawab yang menyebabkan lambatnya pembangunan di negara tersebut. Bila gejala ini tidak di atasi maka lambat laun pembangunan di negara tersebut dapat berpengaruh.
Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugasnya baik di sekolah maupun di rumah tidak hanya dipengaruhi oleh potensi kognitif yang dimiliki oleh remaja itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh keyakinan remaja tersebut dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya.
Keyakinan remaja tetang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha untuk dapat mencapai tujuannya, namun hal ini dapat pula menjadi penghambat usaha remaja dalam manggapai impiannya. Menurut Widanarti dan Indati (2002:113) adanya perasaan “saya tidak dapat” dan “saya tidak mampu”, merupakan alasan-alasan yang dapat menghambat seseorang dalam mencapai sasaran.
Kayana (Widarti dan Indati, 2002:113) mengatakan seseorang yang berfikir tentang dirinya, itulah dirinya. Artinya anggapan-anggapan tentang diri dapat melipatgandakan atau justru hanya dapat meruntuhkan potensi seseorang.
Bandura (azwar, 1996:35) mengatakan bahwa individu mempersepsi efikasi-dirinya, berkaitan dengan penilaian terhadap seberapa baiknya seseorang dalam melalukan suatu tindakan yang diperlukan dalam situasi tertentu (kompetensi). Bandura berasumsi bahwa harapan mengenai mengenai kemampuan seseorang untuk melakuakn tindakan yang diperlukan itu menentukan apakah orang yang berusaha untuk melakuakn tindakan, dan pada akhirnya akan menentukan seberapa keberhasilan yang diperoleh asalkan mereka memiliki kemampuan dan memperoleh insentif yang layak.
Retnowati (Widanarti dan Indati, 2002:112) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini konflik yang dihadapi oleh remaja disebabkan karena adanya tuntutan-tuntutan dari dalam dirinya maupun luar dirinya. Tuntutan terbesar yang biasanya dihadapi oleh remaja adalah tuntutan dari masalah akademiknya
Remaja yang hidup di dalam keluarga yang terpenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis, sosial, maupun psikologisnya akan tumbuh dan berkembang dengan sehat dan dapat mengaktualisasi potensi-potensi yang dimilikinya, serta dapat belajar untuk dapat menyelesaikan masalah dan tugas-tugas yang akan diembannya.
Purnamaningsih (Widanati dan Indati, 2002:114) mengatakan bahwa adanya komunikasi dan hubungan yang hangat antara orang tua dan anak akan membantu anak dalam memecahkan masalah yang sedang diembannya. Namun, kenyataannya hal ini tidak selamanya berlangsung dengan lancar. Kondisi yang sebenarnya berlangsung di masyarakat, di mana kedua orang tuanyanitu disibukkan oleh pekerjaan di luar rumah yang menyebabkan interaksi orang tua dan anak itu menjadi kurang.
Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih aktif, berani, serta giat dalam berusaha dan menetapkan tujuan yang ingin mereka capai. Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih memiliki keberanian dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai sehinnga mempunyai prestasi akademik yang tinggi.
Penelitian ini lebih menekankan pada bagaimana hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan efikasi diri pada remaja. Piaget (Suntrock, 2002: 45) mengatakan bahwa dalam memecahkan masalah remaja tersebut lebih sistematis dan mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu tersebut terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1996. Efikasi-Diri dan Prestasi Belajar Statistika pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi,I. (2): 33-39.
Santrock, John,W. 1995. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan oleh Achmad Chusairi. 2002. Jakarta : Erlangga.
Widanarti, N., Indati, A. 2002. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Eficacy pada Remaja di SMU Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi. 2(2):112-123.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar