Senin, 01 Oktober 2012

goresan malam


Malam ini, sama seperti malam malam sebelumnya...
Saya selalu duduk sendiri depan televisi sambi menunggu kedatangan orang tua,
Namun ada yang berbeda pada malam ini, yahhh karena kesibukan di kampus yang lumayan banyak telah menyita tenaga, akhirnya pas pulang saya pun tertidur.
Setelah saya bangun, saya melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 18.00 bagian rumahku (secara yah setia rumah kadang jamnya berbeda2)
Saya pun bergegas untuk mandi dan melajutkannya dengan shalat maghrib..
Tepat pukul 19.00 saya pun beranjak dri kamar dan melihat sekelilng rumah, dan seperti biasa rumahnya kosong, tidak ada orang lain selain diriku, yang hanya ditemani suara televisi dan suara detik jam yang menandakan kalau jam tersebut masih berfungsi dengan baik.
Waktu berlalu, saya pun merasakan rasa lapar yang luar biasa, dan setelah itu saya baru menyadari kalau saya Cuma sarapan plus di kampus menikmati siomay. Saya pun bergegas ke dapur daaaaaannnnn hasilnya tidak ada hasil olahan ataupun barang mentah yang mebutuhkan pengolahan di dapur. Saya pun menelpon ayah menanyakan keberadaannya, beliau mengatakan bahwa mereka sudah di jalan ingin pulang, saya pun meminta tolong untuk dibelikan martabak asin (lumayan sebagai pengganjalk perut yang kosong), saya pun menunggu dan menunggu...
Tiba saatnya mereka pulang, saya pun menanyakan perihal pesanan tersebut dan hasilnya betul betul mengecewakan, mereka tidak membeli secuil makanan pun... saya sangat sangat kecewa, saya teringat kejadian beberapa bulan, bahkan beberapa minggu yang lalu, kejadian yang sama berulang, saya selalu ingat kenapa di saat saya yang meminta, selalu saja tidak direspon, namun di saat saudara-saudara saya lain selalu cepat... :’(
Apa karena saya yang paling tidak diberarti di atanra yang lainnya??
Apa karena saya kurang berprestasi di banding yang lainnya??
Kenapa orang tua selalu membandingkan anak-anaknya??
Tidak lihatkah mereka bertapa saya tersiksa dengan keadaan yang seperti ini?
Saya selalu ingin lari dari rumah, lari dari semua orang yang mengenal saya, lari dari semua ini, saya ingin mencari kedamaian, dmana sya bisa menjadi diri saya sendiri... 

Kamis, 03 Februari 2011

Efikasi Diri dan Remaja

Remaja merupakan penerus suatu bangsa. Nasib suatu bangsa kelak akan ditentukan oleh bagaimana remajanya masa kini. Clelland (Widanati dan Indati, 2002:112) mengatakan bahwa muncul gejala di berbagai negara berkembang bahwa remaja kurang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi dan bertanggung jawab yang menyebabkan lambatnya pembangunan di negara tersebut. Bila gejala ini tidak di atasi maka lambat laun pembangunan di negara tersebut dapat berpengaruh.
Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugasnya baik di sekolah maupun di rumah tidak hanya dipengaruhi oleh potensi kognitif yang dimiliki oleh remaja itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh keyakinan remaja tersebut dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya.
Keyakinan remaja tetang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha untuk dapat mencapai tujuannya, namun hal ini dapat pula menjadi penghambat usaha remaja dalam manggapai impiannya. Menurut Widanarti dan Indati (2002:113) adanya perasaan “saya tidak dapat” dan “saya tidak mampu”, merupakan alasan-alasan yang dapat menghambat seseorang dalam mencapai sasaran.
Kayana (Widarti dan Indati, 2002:113) mengatakan seseorang yang berfikir tentang dirinya, itulah dirinya. Artinya anggapan-anggapan tentang diri dapat melipatgandakan atau justru hanya dapat meruntuhkan potensi seseorang.
Bandura (azwar, 1996:35) mengatakan bahwa individu mempersepsi efikasi-dirinya, berkaitan dengan penilaian terhadap seberapa baiknya seseorang dalam melalukan suatu tindakan yang diperlukan dalam situasi tertentu (kompetensi). Bandura berasumsi bahwa harapan mengenai mengenai kemampuan seseorang untuk melakuakn tindakan yang diperlukan itu menentukan apakah orang yang berusaha untuk melakuakn tindakan, dan pada akhirnya akan menentukan seberapa keberhasilan yang diperoleh asalkan mereka memiliki  kemampuan dan memperoleh insentif yang layak.
Retnowati (Widanarti dan Indati, 2002:112) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini konflik yang dihadapi oleh remaja disebabkan karena adanya tuntutan-tuntutan dari dalam dirinya maupun luar dirinya. Tuntutan terbesar yang biasanya dihadapi oleh remaja adalah tuntutan dari masalah akademiknya
Remaja yang hidup di dalam keluarga yang terpenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis, sosial, maupun psikologisnya akan tumbuh dan berkembang dengan sehat dan dapat mengaktualisasi potensi-potensi yang dimilikinya, serta dapat belajar untuk dapat menyelesaikan masalah dan tugas-tugas yang akan diembannya.
Purnamaningsih (Widanati dan Indati, 2002:114) mengatakan bahwa adanya komunikasi dan hubungan yang hangat antara orang tua dan anak akan membantu anak dalam memecahkan masalah yang sedang diembannya. Namun, kenyataannya hal ini tidak selamanya berlangsung dengan lancar. Kondisi yang sebenarnya berlangsung di masyarakat, di mana kedua orang tuanyanitu disibukkan oleh pekerjaan di luar rumah yang menyebabkan interaksi orang tua dan anak itu menjadi kurang.
Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih aktif, berani, serta giat dalam berusaha dan menetapkan tujuan yang ingin mereka capai. Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan lebih memiliki keberanian dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai sehinnga mempunyai prestasi akademik yang tinggi.
Penelitian ini lebih menekankan pada bagaimana hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan efikasi diri pada remaja. Piaget (Suntrock, 2002: 45) mengatakan bahwa dalam memecahkan masalah remaja tersebut lebih sistematis dan mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu tersebut terjadi. 


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1996. Efikasi-Diri dan Prestasi Belajar Statistika pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi,I. (2): 33-39.
Santrock, John,W. 1995. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan oleh Achmad Chusairi. 2002. Jakarta : Erlangga.
Widanarti, N., Indati, A. 2002. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Eficacy pada Remaja di SMU Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi. 2(2):112-123.